Saturday, October 4, 2008

Make an Efford and Know Your Limit

Kadang butuh usaha keras untuk mencapai sesuatu. Tapi pertanyaannya sampai sejauh mana ?

Limit di sini bukan limitnya matematik. Limit ini artinya batasan. Sempet kepikiran sebenernya apa sih yang membuat orang gak berhasil mencapai tujuannya.
Limit apa yang membatasi usaha orang ? Jawabannya banyak, bisa karena waktu, uang, tenaga, skill, fisik dll.

Terinspirasi dari blog teman, ternyata limit yang ada bukanlah limit yang mutlak. Limit yang ada adalah limit yang fleksibel. Pikiran yang berpendapat kalau saya tidak bisa, saya tidak punya kemampuan untuk itu, saya tidak akan pernah sanggup adalah pikiran yang menjadi limit. Kita mencoba dan gagal bukanlah menjadi pembuktian kalau pikiran itu benar. Pikiran yang berkesimpulan, saya sudah mencoba tapi selalu gagal adalah limit kedua.
Kegagalan itu cuma menunjukan kalau kita belum bisa mencapai tujuan itu sekarang. Seiring dengan berjalannya waktu, pengalaman, pengetahuan, kemampuan orang akan bertambah. Keterbatasan materi juga bisa berubah.
Mungkin ada yang pernah merasa, dulu kayaknya ngerjain hal anu kok rasanya susah bener, tapi setelah dicoba lagi sekian lama ternyata gampang bener sampai gak ngerti kenapa dulu dicoba gak berhasil terus.
Lalu sebenarnya berapa jauh sebenernya limit kita ? Gak ada yang tahu. Kerja keras dan usaha yang bisa mendobrak limit semu itu. Jika orang mau berusaha, boleh siap2 terkejut dengan keberhasilan yang mungkin bisa dicapai.

Kemampuan manusia untuk terus berkembang mengherankan manusia itu sendiri. Manusia dianugerahi kemampuan dari Tuhan untuk bisa belajar. Teorinya perkembangan manusia ke arah tak terhingga itu mungkin, tapi sampai sejauh mana ?
Kemampuan yang ada sering digunakan manusia untuk mengejar uang, karir, kuasa, popularitas dll. Manusia terobsesi olehnya. Manusia memang tak pernah puas. Di sinilah limit memegang peranan penting. Manusia pun harus bisa menentukan sampai sejauh mana dia maju dan berkembang sebelum apa yang dia kejar menghancurkan dirinya. Manusia pun harus menentukan sampai sejauh mana dia harus terus mendobrak limit2nya atau untuk berhenti dan membatasi dirinya sendiri sebelum dia diperbudak oleh obsesinya sendiri.

Kok bisa aja tiba2 gw mikir kayak gini, kayaknya efek patah hati masih berasa. Obatnya menyibukan diri dengan kerja seperti yang gw lakukan sekarang. Minggu ini banyak bener kerjaan. Awal minggu ada lebaranan. Bawa rejeki buat yang gak ngerayain, anak2 yang ngerayain gak ada yang mau kerja di kbri buat bantuin acara lebaranan. Senen selasa kbri rabu kamis eurotape dan sekarang gw sakit beneran, kecapean kerja dan kurang tidur. Weleh weleh.

No comments: