Wednesday, May 21, 2008

One Lap at Schlachtensee

Dalam rangka menjaga kondisi dan menyiapkan stamina untuk menghadapi liga sepak bola 17 agustus yang sebentar lagi tiba, maka program hari ini adalah joging. Di mana nih? Di Park deket Rathaus Schöneberg males bener. Akhirnya gw pergi ke Schlachtensee. Kenapa? Penasaran aja, katanya salah satu dari tempat joging favorit berlin dan gw pengen liat kayak apa Schlachtensee itu. Gw liat di peta, keliling danaunya gede juga. Gentar juga, jangan2 tepar di tengah jalan lagi ntar. Gak perlu ngajak orang, sendiri aja. Ngajak orang, rese, yang ada ntar malah gak jadi pergi.
Sayang stopwatch gw ke reset. Gak ketauan berapa menit buat 1 puteran. Gw cuma ngingetin jam berapa kelar dan di rumah buka lagi bvg.de buat liat jam berapa gw nyampe sana.

Waktu tiba : 18.07
Waktu selesai : 18.45

Gw gak percaya, kok cepet bener. Jika ditambah jalannya dari S-bahn mungkin waktu buat 1 kali keliling (lari+jalan dikit2) sekitar 30 menit doank. Liat dari internet keliling danaunya 5,5 km. Mungkin gak ya 5,5 km cuma butuh 30 menit? Tapi gw masih inget bener menit berapa gw pergi dari rumah, jadi harusnya si bener.
Tempatnya enak buat lari, emang pantes jadi tempat favorit. Sebelah kiri hutan, kanannya danau. Asri dan alami bener.



Friday, May 16, 2008

Agustus 04-Juni 05 Studienkolleg

Kenapa kuliah di jerman lama ? Yah salah satunya gara2 Studienkolleg ini. Buat pelajar yang pengen ngambil Bachelor atau Diplom wajib ikut Studkol ini. Alasannya karena kelulusan sekolah indonesia dianggap masih di bawah sekolah jerman. Sistem pendidikan jerman mengharuskan anak2nya sekolah 13 tahun sebelum bisa masuk universitas, sedangkan kita cuma 12 tahun. Makanya Studkol ini diadakan untuk menyetarakan lamanya pendidikan, ujian akhirnya dianggap sebagai pengganti ijazah Abitur sekolah jerman dan sekalian untuk kelas persiapan sebelum masuk universitas untuk pelajar asing. Sebelnya lagi kalo yang mau masuk FH (Fachhochschule/sekolah tinggi) harus tetap ikut Studkol, padahal buat orang jerman yang ingin masuk FH cukup sekolah 12 tahun. Sama kayak di indonesia. Mau gak mau harus tetep relain minimal 1 tahun buat studkol.

Setelah banyak melamar ke Studkol2 yang ada di seluruh jerman, gw dapet banyak juga undangan untuk ikut Aufnahmeprüfung yang adalah ujian masuk Studkol. Ujian2nya antara bulan juni sampe agustus. Gw cuma ikut 2 ujian doank, di Giessen sama di Berlin. Yang pertama di Giessen lulus dan gak lama ikut di Berlin juga lulus. Gw seneng banget. Gw memang gak mau lama2 les bahasa terus. 1 tahun persiapan bahasa di jakarta dan di berlin itu lama. Gw gak mau buang2 waktu lebih lama lagi. Gw uda ngebuang 1 tahun di seminari dan 1 tahun lagi buat les bahasa terus minimal 1 tahun lagi buat studkol, total 3 tahun. Untung gw masi setingkat sama adik gw, dari beda 3 tahun sekolah jadi sama biar teorinya dia bakal mungkin lulus duluan dari gw. Mengingat itu motivasi jadi kuat saat itu dan dengan persiapan yang bener2, gw gak perlu merasakan sakitnya gak lulus Aufnahmeprüfung.
Sebenernya masih banyak undangan ikut Aufnahmeprüfung, tapi gw gak ikutin lagi. Tadinya gw malah mikir pengen pindah ke Giessen, tapi itu gak mungkin karena satu dan lain hal. Gw harus tetap menjadi Berliner.

Selama Studkol gw juga gak pernah merasakan kesulitan yang bener2 bikin desperate. Semua lancar dan gak perlu khawatir sama nilai. Terima kasih kepada temen2 Studkol saat itu. Keseriusan kalian dan kerajinan kalian jugalah yang juga menjadi faktor keberhasilan kita semua. Studkol diselesaikan dengan waktu 1 tahun. Gak bisa loncat kelas atau nembak Feststellungsprüfung ( ujian akhir Studkol yang setara ujian akhir sekolah jerman). Gak mampu deh.
Jalanin Studkol secara normal juga fun aja kok. Dapet temen2 lagi dari negara lain, ngerasain kelas dengan guru jerman dan teman sekelas yang bukan orang indo, dapet pelajaran sekolah lagi seperti SMU tapi pake bahasa jerman.

Studkol ini juga yang bikin kuliah di jerman beda sama negara lain. Di negara lain orang bisa kuliah dengan ijasah sekolah indo, di sini engga. Di jerman panjang prosedurnya, jadi lebih banyak makan waktu. Jangan terpengaruh sama cerita gw di sini. Gw bersyukur gw termasuk yang bisa cepet dapet Studkol dan lulus dalam 2 semester. Contohnya banyak orang yang butuh waktu sampe 1,5 tahun sebelum bisa lulus Aufnahmeprüfung pertamanya atau kesulitan di Studkol sampe harus tinggal semester. Banyak faktor pengaruhnya, misalnya pergaulan apa temen2 seperjuangan lo serius, nyantai. Mungkin juga gara2 banyak kerja kalo uda dapet ijinnya. Di samping itu semua balik juga ke diri masing2. Apakah semangat, target untuk mencapai sesuatu itu ada ? Atau bisa juga masalah adaptasi dengan negara asing dan lingkungan asing. Bisa juga karena tidak mampunya orang mengurus dirinya sendiri di negara lain atau kekurang dewasaan sehingga membuat seolah olah segala sesuatunya tidak bisa berjalan seperti seharusnya. Kalau yang gak punya siapa2 di sini, siap2 aja jadi lebih tegar.

Semakin lama di jerman, gw makin merasa ini yang jadi nilai lebih sekolah di sini. Gak cuma pusing karena urusan sekolah saja tapi juga yang lain2 seperti ngurus keperluan rumah, kebutuhan makan atau ngatur ritme hidup supaya seimbang antara kuliah, kerja, main, ngurus hidup, pacaran dll. Tentu saja jarak yang jauh dengan indo sehingga kontak dengan kultur,
kebiasaan, mental di indonesia lebih sedikit dibanding dengan yang di singapur atau australia. Kadang bakal terasa di sini orang harus bisa berjuang sendirian. Yah kalau di berlin si engga, kan uda gw bilang di berlin suasana jermannya kurang terasa saking banyaknya orang indo. Kalau kebetulan dapat di kota kecil yang isinya jerman semua, ceritanya bakal beda.

Wednesday, May 7, 2008

Februari-Juni 2004 Deutsch Lernen

Der erste Gedanke, als ich frisch ankamm, war es, einen Studienkolleg zu suchen. Vor dem musste ich auf meine Deutschkenntnisse vorbereiten. Wichtiger ist nur ein Deutschprüfungszeugnis als eine wichtige Unterlage zur Bewerbung. Dafür sollte ich regelmässig zur Unterricht kommen. Sprachschule ist wirklich sehr interessant. Wir können mit Schulkameraden kennenlernen, die auch aus Ausland kommen und auch deutsch üben ohne Sorge, gelacht zu werden. Sie können auch nicht so gut Deutsch sprechen. Erfahrung zeigt, dass Ausländer mehr Mut haben, mit anderen Ausländern zu unterhalten als mit den Deutschen.
Das ist die zeit, wann wir nicht über so viele Dinge wie Klausur,Arbeit usw denken und erste Nicht-indonesische Freunde suchen.

Die beliebte Frage ist immer, ist Deutsch schwierig ? Ich bin immer in der Meinung, dass solange eine Sprache nicht unsere Muttersprache ist, wird es immer schwierig. Man muss lernen, viel lesen, viel hören. Aber wie ?
Damals übte ich Comics lesen. Ich lese gerne und mit Comics/Manga anzufangen ist viel leichter als mit anderen Bücher. Weil ich auch Fussball mag, sah ich Fussball in Fernseher. Dabei versuchte ich den Kommentator zu verstehen und es klappte ganz schnell.

Wollen wir international class nehmen, gibt es auch gleiche Problemme ausnahmsweise wenn wir so gut mit Englisch umgehen können. Englisch ist auch Fremdsprache, die Unterschied nur wir haben Englisch in der Schule und am Anfang können wir besser Englisch als Deutsch.
Aber in Deutschland würde nur Englisch nicht genug. Kein international class für Bachelor or Diplom wird angeboten und nicht alle Master Programm auf Englisch. Man muss mehr oder weniger Deutsch lernen. Auch schade wenn man in Deutschland lebt, aber kennt kein einfachste Deutsch.

Wir haben immer viele Zeit als Sprachschuler. Es gibt immer zeit, rumzuspielen, mit Freunde zu
treffen usw. Man wird ja auch nicht erlaubt, zu arbeiten. Es besteht auch Gefahr, dass man auch
nichts macht. Na ja das will ich nicht. Nur man kann noch das Leben leichter machen. Ich besuchte regelmässig die Sprachschule und damit vergrösste sich die Chance zum Bestehen einer Aufnahmeprüfung im Studienkolleg. Ich will keine Zeit mehr verschwenden nur für Sprachschule und will bald wie möglich mit Studium anfangen. Ich brauchte 5 Monate bevor ich in einem Studienkolleg aufgenommen wird. Ich konnte damit wohl zufrieden sein.

Die Frage, ist Deutsch schwierig, muss man selber antworten. Hat man Talent oder nicht ist egal, nur Übung macht Meister.
Für mich ist Deutsch auch immer schwierig. Ich bin schon 4 jahre hier als ich dieses Blog schreibe. Ich glaube noch, dass ich hier noch Grammatikfehler gemacht habe und noch nicht gut Deutsch ausgesprochen habe.

Sunday, May 4, 2008

Amazing Indonesia

Berbicara tentang indonesia dari sisi pariwisata dan tourism menurut gw cukup menarik. Biarpun kita bicara tentang pariwisata indonesia rasanya begitu banyak hal yang sebenernya buat kita sendiri asing. Apa selama di indonesia kita pernah mikirin tempat2 menarik di luar daerah sendiri? Gw rasa engga. Sebagai orang yang tinggal dan besar di daerah jawa barat, gw paling cuma tau sekitar jawa barat doank dan itu juga gak semua. Selama ini paling jalan2 cuma sekitar daerah puncak, bandung, bogor dll.
Mata seakan tertutup jika kita melihat dari dalam negri indonesia. Kadang melihat indonesia dari luar negri membuat pandangan kita lebih luas. Banyak hal2 baru tentang kultur, pariwisata indonesia yang gw baru tau di sini dan gw baru sadar ternyata indonesia itu kaya. Gak ada negara lain yang nyamain indonesia dari segi pariwisata dan budaya. Indonesia itu lebih dari cuma sekedar bali.
Banyak tempat2 lain yang juga layak dilihat dan dikunjungi tapi kebanyakan turis2 lokal kita gak tau. Dinas pariwisata daerah kurang promosi nih.
Bayangin aja kita punya semua jenis bentuk dan tipe tempat yang bisa dijadikan tempat pariwisata. Dari yang alamiah seperti pantai, gunung, gua, lembah, hutan lindung; seni budaya dengan bangunan bersejarah seperti kuil, candi, masjid, kota budaya dengan banyaknya kerajinan tangan sampai bentuk pariwisata modern seperti wisata kuliner, jalan2 shopping atau night life. Gak tahu butuh berapa lama semuanya bisa habis dijelajahin. kadang2 gw mikir, gak perlu kita jauh2 ke luar negri. Berkunjung ke daerah lain seperti sulawesi dan papua juga menarik. Sampe gw mimpi bisa jalan2 keliling indonesia.

Kebetulan gw baru kontak lagi sama temen papua gw setelah lebih dari 5 tahun ga kontak. Tiba2 aja kepikir pariwisata indonesia. Jika gw dateng ke papua, pasti datang sebagai turis buta. Gak tau apa2 tentang papua dan gak pernah ada buku panduan turisnya. Cuma orang lokal aja yang bisa ngasih petunjuk kira2 mana aja yang bisa dikunjungi.
Sayangnya ya itu tadi, pariwisata kita kurang promosi. Kalah dibanding malaysia atau thailand.
Padahal yang kita punya lebih dari mereka. Berapa banyak turis2 jerman yang bolak balik ke thailand buat nikmatin pantainya. Indonesia negara kepulauan, punya lebih banyak pantai dibanding thailand tapi orang ngertinya cuma bali. Kita punya banyak pantai yang belum tersentuh oleh turis2 lokal, interlokal. Tapi gak pernah ada promosinya, sayang.

Gw student miskin, masih belum mampu jalan2 keliling indonesia. Mungkin kalau ada kesempatan dan rejeki mudah2an suatu hari bisa kesampaian.
Coba aja kalau promosi pariwisata indonesia gede2an, mungkin negara bisa hidup dari devisa pariwisata, seperti arab yang kaya gara2 minyak sama jemaah hajinya. :P